Rabu,17 Maret 2010

BEBERAPA ALTERNATIF CARA MENARIK PEMUSTAKA UNTUK TERTARIK KE PERPUSTAKAAN

Dalam era globalisasi ini perpustakaan menjadi salah satu sentral informasi.namun kenyataannya banyak orang belum sadar akan keberadaan perpustakaan, mengunjungi perpustakaan, bagi sebagian besar orang belum menjadi agenda yang menyenangkan. Gambaran perpustakaan yang kaku, hening, berdebu dan bau kertas lapuk menjadi negative brand image tersendiri. Jika dalam dunia usaha hal itu dapat berarti kemajuan besar yang dicapai suatu usaha sehingga mengakibatkan diambilnya tindakan preventif (yang seringkali diartikan negatif oleh orang awam/konsumen) demi efisiensi kinerja perusahaan. Tetapi tidak demikian halnya dengan perpustakaan; selain belum populer sebagai lahan bisnis (kecuali didampingi toko buku sebagai satu kesatuan), perpustakaan masih dipandang sebelah mata dan sebelah hati. Oleh karena itu Paradigma inilah yang harus diubah dan menjadikan temuan pustakawan untuk lebih bisa mengenalkan perpustakaan kepada masyarakat, pustakawan dituntut untuk bisa lebih berperan aktif dan kreatif dalam memperkenalkan perpustakaan kemasyarakat. Point of view mengarah pada kinerja perpustakaan itu sendiri dan juga tidak akan menyoroti petugas perpustakaan yang telah mengikuti seminar dan pelatihan perpustakaan di berbagai daerah, tetapi masih kesulitan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya selama ini.

Ada beberapa alternatif yg bisa dilakukan perpustakaan menarik pemustaka untuk terterik berkunjung ke perpustakaan antara lain, yaitu

  • Perpustakaan sebagai tujuan rekreasi
  • Perpustakaan penuh warna
  • Perpustakaan sebagai akses informasi
  • Perpustakaan yang nyaman
  • Perpustakaan yang ramah akan birokrasinya

Dengan adanya alternatif diatas, mengajak pembaca untuk memandang sebuah perpustakaan sebagai sebuah tempat yang menyenangkan, colourful, comfortable, fasilitas kemudahan akses informasi, dan birokrasi yang bertele - tele. Setiap masyarakat berhak untuk berkunjung, membaca koleksi, memperoleh informasi yang dibutuhkan, dan ikut serta dalam kegiatan yang diadakan perpustakaan tersebut. Poin - point alternatif diatas akan penulis uraikan satu per satu, yaitu

  • PERPUSTAKAAN SEBAGAI TUJUAN REKREASI

Perpustakaan disamping berfungsi sebagai sarana pendidikan, juga berfungsi sebagai tempat rekreasi. Tentunya rekreasi yang dimaksud disini bukan berarti jalan-jalan untuk liburan, tetapi lebih berhubungan dengan ilmu pengetahuan. seperti dengan cara menyajikan koleksi yang menghibur pembaca misalnya bacaan humor, cerita perjalanan hidup seseorang, novel, dan membuat kreasi keterampilan. orang akan merasa lebih segar, rileks, dan berharap dapat menghadapi hari-hari (kerja) berikutnya dengan lebih semangat. Sehingga muncul spirit I like Monday (maaf, ini bukan iklan!) and day after day.

Nah, perpustakaan dapat menjadi salah satu tujuan rekreasi tersebut. Dapat kita buat paket-paket menarik, kalau perlu diadakan outbond, di seputar perpustakaan tersebut. Tentu saja jika areal perpustakaan memungkinkan. Bagi perpustakaan kecil, kegiatan bisa dilakukan dengan membatasi peserta, macam kegiatan tidak memerlukan lahan luas, yang penting menarik pengunjung. Di tengah kegiatan, dapat diselipkan info perbukuan, temu pengarang, bazaar buku, intinya agar masyarakat dapat mengenal dan berkunjung ke perpustakaan tanpa ada keterpaksaan. Jika mereka terkesan, tentu mereka tak segan datang kembali. Inilah yang saya maksudkan perpustakaan sebagai tujuan rekreasi dan tempat yang menyenangkan. Memang ini perlu inovasi terus-menerus strategi bisnis yang jitu.

  • · PERPUSTAKAAN PENUH WARNA

Umumnya, citra perpustakaan umum maupun sekolah di mata masyarakat maupun para siswa adalah suatu ruangan kaku, sepi, membosankan dan dengan buku - buku yang ketinggalan zaman pula. suasana yang serba tidak menyenangkan ini tentu tidak akan menarik dikalangan masyarakat maupun siswa yang terbiasa dengan suasana ceria dan penuh warna dari telivisi, dan mungkin dari internet. Oleh karna itu untuk menghilangkan image yang negatif tentang perpustakaan, interior dalam perpustakaan bisa di desain semenarik mungkin dari tata ruangnya, pencahayaannya, sirkulasi, dan warna catnya. Dengan memberikan warna cat yang berbeda - beda disetiap ruang asal tetap indah dipandang mata ataupun bisa juga dipenuhi dengan gambar - gambar yang indah sarat makna dan artistik. Tentunya tidak mengabaikan dan tetap harus menyesuaikan lukisan atau gambar dengan tujuan perpustakaan agar pemustaka terkesan untuk kembali lagi.

  • ·PERPUSTAKAAN SEBAGAI AKSES INFORMASI

Era digital memungkinkan masyarakat ataupun siswa memperoleh informasi luas, bebas, dan cepat. Hal ini pula yang harus diikuti sebuah perpustakaan, mulai dari komputerisasi katalog, fasilitas internet, dan pemutaran film-film bermutu dengan suara yang hanya dapat didengar melalui headphone, seperti halnya di pusat-pusat kebudayaan mancanegara yang umumnya berada di kota besar. Tentu saja hal tersebut diberlakukan sesuai tingkat kemampuan perpustakaan. Bagi perpustakaan kecil apalagi yang dikelola swadaya mungkin agak kesulitan untuk menembus tahap ini. Kecuali pengelola bersedia bersusah payah sedikit untuk mencari informasi dari mailing list di internet, segala pengetahuan yang berhubungan dengan kegiatan perbukuan, kemudian menempelkan print out-nya di papan informasi, atau menyebarkannya pada pemustaka

  • PERPUSTAKAAN YANG NYAMAN

Tidak harus menyediakan sofa empuk dan karpet tebal, atau ruangan ber-AC dingin untuk membuat pengunjung nyaman. Arti kenyamanan di sini adalah pemustaka memperoleh kesan ingin tahu lebih banyak, ingin tinggal berlama-lama di perpustakaan, sejak melangkahkan kaki melalui pintu masuk.

Pelayanan yang ramah, buku-buku yang ditata rapi, suasana yang tidak kaku karena masih memungkinkan pemustaka terutama anak-anak untuk berbicara bebas, dan tertawa. Memang ada sebagian orang bertipe audio, untuk mengerti sebuah bacaan dia harus mendengar suaranya sendiri atau orang lain sedang membaca artikel tersebut. Tetapi ada juga yang tidak bisa terganggu suara di sekitarnya saat membaca.

Umumnya yang berlaku di perpustakaan adalah semua diperlakukan sama rata, tidak boleh bersuara keras. Bahkan untuk bicara pun harus bisik-bisik seolah takut terdengar orang lain. Mungkin diperlukan ruangan kedap suara yang mengisolir salah satu kelompok.

  • PERPUSTAKAAN YANG RAMAH AKAN BIROKRASINYA

Gambaran yang nyaris sama dapat kita temui di sebagian perpustakaan umum maupun perpustakaan sekolah. Kegiatan monoton, birokrasi kaku dan senyum terpaksa petugas di dalamnya menjadi pemandangan biasa. (Bersyukurlah jika para petugas itu tersenyum, karena biasanya mereka pasang tampang kaku dan lelah!) Entah berapa banyak aturan-aturan yang menjadi pembatas ruang gerak perpustakaan itu sendiri. Setiap langkah institusi itu harus mendapat persetujuan atasan, dan tetap berada di koridor petunjuk pelaksanaan, karena jika tidak dana tidak akan cair. Tanpa dana, suatu kegiatan perbukuan akan sulit dijalankan.

Tapi, andaikan para petinggi perbukuan (baca: perpustakaan) pemerintah itu mau sedikit ‘berontak’ terhadap birokrasi yang berbelit-belit, kemungkinan besar efeknya akan terasa lain. Pemustaka akan merasa lebih nyaman dan petugas perpustakaannya sendiri akan menghadapi suasana baru yang lebih segar dan tidak membosankan.

Apalagi jika kegiatan perbukuan yang diadakan lebih inovatif, lebih pro-aktif terhadap siswa dan masyarakat pembaca, bekerjasama dengan berbagai pihak yang peduli terhadap perbukuan. Tak salah pula jika perpustakaan sekolah maupun pemerintah menjalin kemitraan dengan pihak swasta (penerbit), hingga terselenggara kegiatan perbukuan yang menarik minat siswa maupun masyarakat banyak.

Dan masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk dunia perbukuan terutama perpustakaan. Yang jelas, kita harus berangkat dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang ada di sekitar perpustakaan, disertai semangat dan optimisme yang menyala. Dunia perpustakaan harus membuktikan bahwa minat berkunjung siswa dan masyarakat masih besar, dengan membuktikan animo pemustaka ke perpustakaan. Banyak jalan menuju Roma, segudang cara menarik pemustaka untuk berkunjung ke perpustakaan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Rabu,17 Maret 2010

Posted 18.57 by Nindita Astri in

BEBERAPA ALTERNATIF CARA MENARIK PEMUSTAKA UNTUK TERTARIK KE PERPUSTAKAAN

Dalam era globalisasi ini perpustakaan menjadi salah satu sentral informasi.namun kenyataannya banyak orang belum sadar akan keberadaan perpustakaan, mengunjungi perpustakaan, bagi sebagian besar orang belum menjadi agenda yang menyenangkan. Gambaran perpustakaan yang kaku, hening, berdebu dan bau kertas lapuk menjadi negative brand image tersendiri. Jika dalam dunia usaha hal itu dapat berarti kemajuan besar yang dicapai suatu usaha sehingga mengakibatkan diambilnya tindakan preventif (yang seringkali diartikan negatif oleh orang awam/konsumen) demi efisiensi kinerja perusahaan. Tetapi tidak demikian halnya dengan perpustakaan; selain belum populer sebagai lahan bisnis (kecuali didampingi toko buku sebagai satu kesatuan), perpustakaan masih dipandang sebelah mata dan sebelah hati. Oleh karena itu Paradigma inilah yang harus diubah dan menjadikan temuan pustakawan untuk lebih bisa mengenalkan perpustakaan kepada masyarakat, pustakawan dituntut untuk bisa lebih berperan aktif dan kreatif dalam memperkenalkan perpustakaan kemasyarakat. Point of view mengarah pada kinerja perpustakaan itu sendiri dan juga tidak akan menyoroti petugas perpustakaan yang telah mengikuti seminar dan pelatihan perpustakaan di berbagai daerah, tetapi masih kesulitan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya selama ini.

Ada beberapa alternatif yg bisa dilakukan perpustakaan menarik pemustaka untuk terterik berkunjung ke perpustakaan antara lain, yaitu

  • Perpustakaan sebagai tujuan rekreasi
  • Perpustakaan penuh warna
  • Perpustakaan sebagai akses informasi
  • Perpustakaan yang nyaman
  • Perpustakaan yang ramah akan birokrasinya

Dengan adanya alternatif diatas, mengajak pembaca untuk memandang sebuah perpustakaan sebagai sebuah tempat yang menyenangkan, colourful, comfortable, fasilitas kemudahan akses informasi, dan birokrasi yang bertele - tele. Setiap masyarakat berhak untuk berkunjung, membaca koleksi, memperoleh informasi yang dibutuhkan, dan ikut serta dalam kegiatan yang diadakan perpustakaan tersebut. Poin - point alternatif diatas akan penulis uraikan satu per satu, yaitu

  • PERPUSTAKAAN SEBAGAI TUJUAN REKREASI

Perpustakaan disamping berfungsi sebagai sarana pendidikan, juga berfungsi sebagai tempat rekreasi. Tentunya rekreasi yang dimaksud disini bukan berarti jalan-jalan untuk liburan, tetapi lebih berhubungan dengan ilmu pengetahuan. seperti dengan cara menyajikan koleksi yang menghibur pembaca misalnya bacaan humor, cerita perjalanan hidup seseorang, novel, dan membuat kreasi keterampilan. orang akan merasa lebih segar, rileks, dan berharap dapat menghadapi hari-hari (kerja) berikutnya dengan lebih semangat. Sehingga muncul spirit I like Monday (maaf, ini bukan iklan!) and day after day.

Nah, perpustakaan dapat menjadi salah satu tujuan rekreasi tersebut. Dapat kita buat paket-paket menarik, kalau perlu diadakan outbond, di seputar perpustakaan tersebut. Tentu saja jika areal perpustakaan memungkinkan. Bagi perpustakaan kecil, kegiatan bisa dilakukan dengan membatasi peserta, macam kegiatan tidak memerlukan lahan luas, yang penting menarik pengunjung. Di tengah kegiatan, dapat diselipkan info perbukuan, temu pengarang, bazaar buku, intinya agar masyarakat dapat mengenal dan berkunjung ke perpustakaan tanpa ada keterpaksaan. Jika mereka terkesan, tentu mereka tak segan datang kembali. Inilah yang saya maksudkan perpustakaan sebagai tujuan rekreasi dan tempat yang menyenangkan. Memang ini perlu inovasi terus-menerus strategi bisnis yang jitu.

  • · PERPUSTAKAAN PENUH WARNA

Umumnya, citra perpustakaan umum maupun sekolah di mata masyarakat maupun para siswa adalah suatu ruangan kaku, sepi, membosankan dan dengan buku - buku yang ketinggalan zaman pula. suasana yang serba tidak menyenangkan ini tentu tidak akan menarik dikalangan masyarakat maupun siswa yang terbiasa dengan suasana ceria dan penuh warna dari telivisi, dan mungkin dari internet. Oleh karna itu untuk menghilangkan image yang negatif tentang perpustakaan, interior dalam perpustakaan bisa di desain semenarik mungkin dari tata ruangnya, pencahayaannya, sirkulasi, dan warna catnya. Dengan memberikan warna cat yang berbeda - beda disetiap ruang asal tetap indah dipandang mata ataupun bisa juga dipenuhi dengan gambar - gambar yang indah sarat makna dan artistik. Tentunya tidak mengabaikan dan tetap harus menyesuaikan lukisan atau gambar dengan tujuan perpustakaan agar pemustaka terkesan untuk kembali lagi.

  • ·PERPUSTAKAAN SEBAGAI AKSES INFORMASI

Era digital memungkinkan masyarakat ataupun siswa memperoleh informasi luas, bebas, dan cepat. Hal ini pula yang harus diikuti sebuah perpustakaan, mulai dari komputerisasi katalog, fasilitas internet, dan pemutaran film-film bermutu dengan suara yang hanya dapat didengar melalui headphone, seperti halnya di pusat-pusat kebudayaan mancanegara yang umumnya berada di kota besar. Tentu saja hal tersebut diberlakukan sesuai tingkat kemampuan perpustakaan. Bagi perpustakaan kecil apalagi yang dikelola swadaya mungkin agak kesulitan untuk menembus tahap ini. Kecuali pengelola bersedia bersusah payah sedikit untuk mencari informasi dari mailing list di internet, segala pengetahuan yang berhubungan dengan kegiatan perbukuan, kemudian menempelkan print out-nya di papan informasi, atau menyebarkannya pada pemustaka

  • PERPUSTAKAAN YANG NYAMAN

Tidak harus menyediakan sofa empuk dan karpet tebal, atau ruangan ber-AC dingin untuk membuat pengunjung nyaman. Arti kenyamanan di sini adalah pemustaka memperoleh kesan ingin tahu lebih banyak, ingin tinggal berlama-lama di perpustakaan, sejak melangkahkan kaki melalui pintu masuk.

Pelayanan yang ramah, buku-buku yang ditata rapi, suasana yang tidak kaku karena masih memungkinkan pemustaka terutama anak-anak untuk berbicara bebas, dan tertawa. Memang ada sebagian orang bertipe audio, untuk mengerti sebuah bacaan dia harus mendengar suaranya sendiri atau orang lain sedang membaca artikel tersebut. Tetapi ada juga yang tidak bisa terganggu suara di sekitarnya saat membaca.

Umumnya yang berlaku di perpustakaan adalah semua diperlakukan sama rata, tidak boleh bersuara keras. Bahkan untuk bicara pun harus bisik-bisik seolah takut terdengar orang lain. Mungkin diperlukan ruangan kedap suara yang mengisolir salah satu kelompok.

  • PERPUSTAKAAN YANG RAMAH AKAN BIROKRASINYA

Gambaran yang nyaris sama dapat kita temui di sebagian perpustakaan umum maupun perpustakaan sekolah. Kegiatan monoton, birokrasi kaku dan senyum terpaksa petugas di dalamnya menjadi pemandangan biasa. (Bersyukurlah jika para petugas itu tersenyum, karena biasanya mereka pasang tampang kaku dan lelah!) Entah berapa banyak aturan-aturan yang menjadi pembatas ruang gerak perpustakaan itu sendiri. Setiap langkah institusi itu harus mendapat persetujuan atasan, dan tetap berada di koridor petunjuk pelaksanaan, karena jika tidak dana tidak akan cair. Tanpa dana, suatu kegiatan perbukuan akan sulit dijalankan.

Tapi, andaikan para petinggi perbukuan (baca: perpustakaan) pemerintah itu mau sedikit ‘berontak’ terhadap birokrasi yang berbelit-belit, kemungkinan besar efeknya akan terasa lain. Pemustaka akan merasa lebih nyaman dan petugas perpustakaannya sendiri akan menghadapi suasana baru yang lebih segar dan tidak membosankan.

Apalagi jika kegiatan perbukuan yang diadakan lebih inovatif, lebih pro-aktif terhadap siswa dan masyarakat pembaca, bekerjasama dengan berbagai pihak yang peduli terhadap perbukuan. Tak salah pula jika perpustakaan sekolah maupun pemerintah menjalin kemitraan dengan pihak swasta (penerbit), hingga terselenggara kegiatan perbukuan yang menarik minat siswa maupun masyarakat banyak.

Dan masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk dunia perbukuan terutama perpustakaan. Yang jelas, kita harus berangkat dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang ada di sekitar perpustakaan, disertai semangat dan optimisme yang menyala. Dunia perpustakaan harus membuktikan bahwa minat berkunjung siswa dan masyarakat masih besar, dengan membuktikan animo pemustaka ke perpustakaan. Banyak jalan menuju Roma, segudang cara menarik pemustaka untuk berkunjung ke perpustakaan.



0 comment(s) to... “Rabu,17 Maret 2010”

0 komentar: